UJI Z
Pendahuluan
Uji Z adalah salah satu uji statistika
yang pengujian hipotesisnya didekati dengan distribusi normal.
Menurut teori limit terpusat, data dengan ukuran sampel yang besar akan
berdistribusi normal. Oleh karena itu, uji Z dapat digunakan utuk menguji
data yang sampelnya berukuran besar. Jumlah sampel 30 atau lebih dianggap
sampel berukuran besar. Selain itu, uji Z ini dipakai untuk menganalisis
data yang varians populasinya diketahui. Namun, bila varians populasi
tidak diketahui, maka varians dari sampel dapat digunakan sebagai penggantinya.
Kriteria Penggunaan uji Z
1. Data berdistribusi normal
2. Variance (σ2) diketahui
3. Ukuran sampel (n) besar, ≥ 30
4. Digunakan hanya untuk membandingkan 2 buah
observasi.
Contoh Penggunaan Uji Z
1. Uji-Z dua pihak
Contoh kasus
Sebuah pabrik pembuat bola lampu pijar merek A
menyatakan bahwa produknya tahan dipakai selama 800 jam, dengan standar deviasi
60 jam. Untuk mengujinya, diambil sampel sebanyak 50 bola lampu, ternyata
diperoleh bahwa rata-rata ketahanan bola lampu pijar tersebut adalah 792 jam.
Pertanyaannya, apakah kualitas bola lampu tersebut sebaik yang dinyatakan
pabriknya atau sebaliknya?
Hipotesis
H0 : = μ (rata ketahanan bola
lampu pijar tersebut sama dengan yang dinyatakan oleh pabriknya)
HA : ≠ μ (rata ketahanan
bola lampu pijar tersebut tidak sama dengan yang dinyatakan oleh pabriknya)
Analisis
Zhit = (y – μ)/(σ/√n) =
(792-800)/(60/√50) = – 0,94
Ztabel = Zα/2 = Z0,025 =
1,960
Nilai Ztabel dapat diperoleh dari
Tabel 1. Dengan menggunakan Tabel 1, maka nilai Z0,025 adalah
nilai pada perpotongan α baris 0,02 dengan α kolom 0,005, yaitu 1,96.
Untuk diketahui bahwa nilai Zαadalah tetap dan tidak berubah-ubah,
berapun jumlah sampel. Nilai Z0,025 adalah 1,96 dan nilai
Z0,05 adalah 1,645.
Tabel 1. Nilai Z dari luas di bawah kurva normal baku
α
|
0
|
0.001
|
0.002
|
0.003
|
0.004
|
0.005
|
0.006
|
0.007
|
0.008
|
0.009
|
0.00
|
|
3.090
|
2.878
|
2.748
|
2.652
|
2.576
|
2.512
|
2.457
|
2.409
|
2.366
|
0.01
|
2.326
|
2.290
|
2.257
|
2.226
|
2.197
|
2.170
|
2.144
|
2.120
|
2.097
|
2.075
|
0.02
|
2.054
|
2.034
|
2.014
|
1.995
|
1.977
|
1.960
|
1.943
|
1.927
|
1.911
|
1.896
|
0.03
|
1.881
|
1.866
|
1.852
|
1.838
|
1.825
|
1.812
|
1.799
|
1.787
|
1.774
|
1.762
|
0.04
|
1.751
|
1.739
|
1.728
|
1.717
|
1.706
|
1.695
|
1.685
|
1.675
|
1.665
|
1.655
|
0.05
|
1.645
|
1.635
|
1.626
|
1.616
|
1.607
|
1.598
|
1.589
|
1.580
|
1.572
|
1.563
|
0.06
|
1.555
|
1.546
|
1.538
|
1.530
|
1.522
|
1.514
|
1.506
|
1.499
|
1.491
|
1.483
|
0.07
|
1.476
|
1.468
|
1.461
|
1.454
|
1.447
|
1.440
|
1.433
|
1.426
|
1.419
|
1.412
|
0.08
|
1.405
|
1.398
|
1.392
|
1.385
|
1.379
|
1.372
|
1.366
|
1.359
|
1.353
|
1.347
|
0.09
|
1.341
|
1.335
|
1.329
|
1.323
|
1.317
|
1.311
|
1.305
|
1.299
|
1.293
|
1.287
|
0.10
|
1.282
|
1.276
|
1.270
|
1.265
|
1.259
|
1.254
|
1.248
|
1.243
|
1.237
|
1.232
|
Kriteria Pengambilan Kesimpulan
Jika |Zhit| < |Ztabel|,
maka terima H0
Jika |Zhit| ≥ |Ztabel|,
maka tolak H0 alias terima HA
Kesimpulan
Karena harga |Zhit| = 0,94 < harga
|Ztabel | = 1,96, maka terima H0
Jadi, tidak ada perbedaan yang nyata antara kualitas
bola lampu yang diteliti dengan kualitas bola lampu yang dinyatakan oleh
pabriknya.
2. Uji Z satu pihak
Contoh kasus
Pupuk Urea mempunyai 2 bentuk, yaitu bentuk butiran
dan bentuk tablet. Bentuk butiran lebih dulu ada sedangkan bentuk tablet
adalah bentuk baru. Diketahui bahwa hasil gabah padi yang dipupuk dengan
urea butiran rata-rata 4,0 t/ha. Seorang peneliti yakin bahwa urea tablet
lebih baik daripada urea butiran. Kemudian ia melakukan penelitian dengan
ulangan n=30 dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Hasil gabah padi dalam t/ha
4,0
|
5,0
|
6,0
|
4,2
|
3,8
|
6,5
|
4,3
|
4,8
|
4,6
|
4,1
|
4,9
|
5,2
|
5,7
|
3,9
|
4,0
|
5,8
|
6,2
|
6,4
|
5,4
|
4,6
|
5,1
|
4,8
|
4,6
|
4,2
|
4,7
|
5,4
|
5,2
|
5,8
|
3,9
|
4,7
|
Hipotesis
H0 : = (rata-rata
hasil gabah padi yang dipupuk dengan pupuk urea tablet sama dengan padi yang
dipupuk dengan urea butiran)
HA : >
(rata-rata hasil gabah padi yang dipupuk dengan pupuk urea tablet lebih tinggi
dari padi yang dipupuk dengan urea butiran)
Analisis
= 4,0 t/h
= 4,9 t/h
S = 0,78 digunakan sebagai estimasi σ
Zhit = (yt – yb)/(σ/√n)
= (4,0 – 4,9)/(0,78/√30 = – 6,4286
Ztabel = Zα= Z0,05 =
1,645
Kriteria Pengambilan Kesimpulan
Jika |Zhit| < |Ztabel|,
maka terima H0
Jika |Zhit| ≥ |Ztabel|,
maka tolak H0 alias terima HA
Kesimpulan
Karena harga |Zhit| = 6,4286 >
harga |Ztabel | = 1,645, maka tolak H0 alias
terima HA
Jadi, rata-rata hasil gabah padi yang dipupuk dengan
pupuk urea tablet nyata lebih tinggi dari padi yang dipupuk
dengan urea butiran
Kapan uji-z dan kapan uji-t?
Dulu,
seringkali saya bingung kapan menggunakan uji-z dan kapan menggunakan uji-t.
Sebagaimana yg kita ketahui, kedua uji ini mirip. Padahal, alasan kapan kedua
uji ini digunakan cukup sederhana, yaitu:
jika ragam
(variance) populasi diketahui, maka digunakan uji-z, jika tidak, maka digunakan
uji-t.
Perlu
diperhatikan bahwa kedua uji ini mensyaratkan data menyebar normal.
Uji Kai Kuadrat (Chi Square Test)
Uji
kai kuadrat (dilambangkan dengan "χ2" dari huruf Yunani
"Chi" dilafalkan "Kai") digunakan untuk menguji dua
kelompok data baik variabel independen maupun dependennya berbentuk kategorik
atau dapat juga dikatakan sebagai uji proporsi untuk dua peristiwa atau lebih,
sehingga datanya bersifat diskrit. Misalnya ingin mengetahui hubungan antara
status gizi ibu (baik atau kurang) dengan kejadian BBLR (ya atau tidak).
Dasar uji kai kuadrat itu sendiri adalah membandingkan perbedaan frekuensi hasil observasi (O) dengan frekuensi yang diharapkan (E). Perbedaan tersebut meyakinkan jika harga dari Kai Kuadrat sama atau lebih besar dari suatu harga yang ditetapkan pada taraf signifikan tertentu (dari tabel χ2).
Uji Kai Kuadrat dapat digunakan untuk menguji :
1. Uji χ2 untuk ada tidaknya hubungan antara dua variabel (Independency test).
2. Uji χ2 untuk homogenitas antar- sub kelompok (Homogenity test).
3. Uji χ2 untuk Bentuk Distribusi (Goodness of Fit)
Sebagai rumus dasar dari uji Kai Kuadrat adalah :
Dasar uji kai kuadrat itu sendiri adalah membandingkan perbedaan frekuensi hasil observasi (O) dengan frekuensi yang diharapkan (E). Perbedaan tersebut meyakinkan jika harga dari Kai Kuadrat sama atau lebih besar dari suatu harga yang ditetapkan pada taraf signifikan tertentu (dari tabel χ2).
Uji Kai Kuadrat dapat digunakan untuk menguji :
1. Uji χ2 untuk ada tidaknya hubungan antara dua variabel (Independency test).
2. Uji χ2 untuk homogenitas antar- sub kelompok (Homogenity test).
3. Uji χ2 untuk Bentuk Distribusi (Goodness of Fit)
Sebagai rumus dasar dari uji Kai Kuadrat adalah :
Keterangan :
O = frekuensi hasil observasi
E = frekuensi yang diharapkan.
Nilai E = (Jumlah sebaris x Jumlah Sekolom) / Jumlah data
df = (b-1) (k-1)
- Sampel
dipilih secara acak
- Semua
pengamatan dilakukan dengan independen
- Setiap
sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1 (satu). Sel-sel
dengdan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel
- Besar
sampel sebaiknya > 40 (Cochran, 1954)
Keterbatasan penggunaan uji Kai Kuadrat
adalah tehnik uji kai kuadarat memakai data yang diskrit dengan pendekatan
distribusi kontinu. Dekatnya pendekatan yang dihasilkan tergantung pada ukuran
pada berbagai sel dari tabel kontingensi. Untuk menjamin pendekatan yang
memadai digunakan aturan dasar “frekuensi harapan tidak boleh terlalu kecil”
secara umum dengan ketentuan:
- Tidak
boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 1 (satu)
- Tidak
lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5 (lima)
Bila
hal ini ditemukan dalam suatu tabel kontingensi, cara untuk menanggulanginyanya
adalah dengan menggabungkan nilai dari sel yang kecil ke se lainnya
(mengcollaps), artinya kategori dari variabel dikurangi sehingga kategori yang
nilai harapannya kecil dapat digabung ke kategori lain. Khusus untuk tabel 2x2
hal ini tidak dapat dilakukan, maka solusinya adalah melakukan uji “Fisher Exact
atau Koreksi Yates”
Contoh Kasus:
Suatu survey ingin mengetahui apakah ada hubungan Asupan Lauk dengan kejadian Anemia pada penduduk desa X. Kemudian diambil sampel sebanyak 120 orang yang terdiri dari 50 orang asupan lauknya baik dan 70 orang asupan lauknya kurang. Setelah dilakukan pengukuran kadar Hb ternyata dari 50 orang yang asupan lauknya baik, ada 10 orang yang dinyatakan anemia. Sedangkan dari 70 orang yang asupan lauknya kurang ada 20 orang yang anemia. Ujilah apakah ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut.
Jawab :
HIPOTESIS :
Ho : P1 = P2 (Tidak ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
Ho : P1 ≠ P2 (Ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
PERHITUNGAN :
Untuk membantu dalam perhitungannya kita membuat tabel silangnya seperti ini :
Contoh Kasus:
Suatu survey ingin mengetahui apakah ada hubungan Asupan Lauk dengan kejadian Anemia pada penduduk desa X. Kemudian diambil sampel sebanyak 120 orang yang terdiri dari 50 orang asupan lauknya baik dan 70 orang asupan lauknya kurang. Setelah dilakukan pengukuran kadar Hb ternyata dari 50 orang yang asupan lauknya baik, ada 10 orang yang dinyatakan anemia. Sedangkan dari 70 orang yang asupan lauknya kurang ada 20 orang yang anemia. Ujilah apakah ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut.
Jawab :
HIPOTESIS :
Ho : P1 = P2 (Tidak ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
Ho : P1 ≠ P2 (Ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
PERHITUNGAN :
Untuk membantu dalam perhitungannya kita membuat tabel silangnya seperti ini :
Kemudian tentukan nilai observasi (O) dan nilai ekspektasi (E) :
Selanjutnya
masukan dalam rumus :
Perhitungan
selesai, sekarang kita menentukan nilai tabel pada taraf nyata/alfa = 0.05.
Sebelumnya kita harus menentukan nilai df-nya. Karena tabel kita 2x2, maka
nilai df = (2-1)*(2-1)=1.
Dari
tabeli kai kudrat di atas pada df=1 dan alfa=0.05 diperoleh nilai tabel =
3.841.
KEPUTUSAN STATISTIK
Bila nilai hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka Ho gagal ditolak, sebaliknya bila nilai hitung lebih besar atau sama dengan nilai tabel, maka Ho ditolak.
Dari perhitungan di atas menunjukan bahwa χ2 hitung < χ2 tabel, sehingga Ho gagal ditolak.
KESIMPULAN
Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi antara kedua kelompok tersebut. Atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara asupan lauk dengan kejadian anemia.
KEPUTUSAN STATISTIK
Bila nilai hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka Ho gagal ditolak, sebaliknya bila nilai hitung lebih besar atau sama dengan nilai tabel, maka Ho ditolak.
Dari perhitungan di atas menunjukan bahwa χ2 hitung < χ2 tabel, sehingga Ho gagal ditolak.
KESIMPULAN
Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi antara kedua kelompok tersebut. Atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara asupan lauk dengan kejadian anemia.
Student T
Test
Pengertian Student T Test
Student
t test adalah uji komparatif untuk menilai perbedaan antara nilai tertentu
dengan rata-rata kelompok populasi. Student t test disebut juga dengan istilah one
sample t test atau uji t satu
sampel oleh karena uji t di sini menggunakan satu sampel.
Rumus Student T Test
Berikut
kami jelaskan rumus dari student t test:
Keterangan:
t
: t hitung
: rata-rata sampel
: rata-rata
spesifik atau rata-rata tertentu (yang menjadi perbandingan)
s :
standart deviasi sampel
n : jumlah
sampel.
Contoh Student T Test
Sebagai
contoh uji student t test adalah penelitian yang bertujuan untuk menilai apakah
terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata (mean) tinggi badan siswa SD
sekolah A kelas 6 dengan tinggi badan rata-rata nasional siswa SD kelas 6.
Rata-rata atau harapan tinggi badan siswa SD kelas 6 secara nasional misalkan
150 cm. Maka penelitian tersebut menguji apakah terdapat perbedaan bermakna
rata-rata tinggi badan siswa SD kelas 6 sekolah A dengan rata-rata tinggi badan
nasional siswa SD kelas 6 yaitu 150 cm.
Misalkan
siswa kelas 6 sekolah A yang menjadi sampel penelitian sebesar 50 orang, maka
apabila hasilnya nanti misalkan rata-rata tinggi badan sebesar 145 cm. Apakah
145 cm ini berbeda signifikan secara statistik dengan 150 cm pada tingkat
kepercayaan penelitian 95%? Di sinilah fungsi dari uji student t test untuk
menjawab hipotesis tersebut.
Asumsi Student T Test
Sebagaimana
halnya uji parametris lainnya, uji student test juga mempunyai asumsi atau
syarat yang harus dipenuhi. Asumsi tersebut antara lain:
- Data harus
berskala data interval atau rasio. Untuk mempelajari skala data, baca
artikel kami pada Pengertian Data.
- Data bersifat
independen, artinya tidak terdapat korelasi antara rata-rata populasi
dengan nilai tiap-tiap sampel dalam populasi. Hal ini biasanya terjadi
jika data anda berasal dari data time series. Jadi sebenarnya hanya
terdapat satu subjek namun diuji berulang-ulang dalam berbagai waktu. Jadi
dengan kata lain, sampel yang diambil berasal dari pengambilan acak atau
simple random sampling.
- Data tidak
terdapat outlier atau data pencilan. Adanya outlier harus dicari dan
sampel yang menjadi outlier harus dikeluarkan dari penelitian. Biasanya
batasan pencilan ini jika nilainya menjadi nilai ekstrem atau melebihi
dari 3 kali standart deviasi. Untuk mendeteksi outlier, anda dapat
menggunakan grafik stem-leaf, box-plot atau nomal qq plot. Selengkapnya
pelajari di Normalitas
pada SPSS.
- Data harus
berdistribusi normal. Uji
normalitas yang
digunakan dapat berbagai macam, tentunya jika anda menggunakan SPSS maka
pilihannya adalah uji shapiro
wilk, lilliefors atau kolmogorov
smirnov. Untuk menentukan uji yang tepat sebaiknya perhatikan
jumlah sampel. Selengkapnya pelajari di: Pilihan
Uji Normalitas Univariate.
Uji F
Uji F
digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat kepercayaan yang
digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada
nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua
variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
Untuk
analisisnya dari output SPSS dapat dilihat dari tabel ”Anova”, seperti contoh
saya:
Cara
bacanya:
Pengujian
secar simultan X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y:
Dari tabel
diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,889 dengan
nilai probabilitas (sig)=0,001. Nilai Fhitung (5,889)>Ftabel(2,61), dan nilai sig. lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau nilai 0,001<0,05; maka H01 diterima,
berarti secara bersama-sama (simultan) Leverage, CR, ROA dan ROE berpengaruh
signifikan terhadap Beta. ditolak dan H
4.
Koefisien determinasi (R²)
Koefisien
determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa
variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan
menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa
dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain
(Santosa&Ashari, 2005:125).
Dalam bahasa
sehari-hari adalah kemampuan variabel bebas untuk berkontribusi terhadap
variabel tetapnya dalam satuan persentase.
Nilai
koefisien ini antara 0 dan 1, jika hasil lebih mendekati angka 0 berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel amat
terbatas. Tapi jika hasil mendekati angka 1 berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen.
Untuk
analisisnya dengan menggunakan output SPSS dapat dilihat pada tabel ”Model
Summary”.
Supaya lebih
sederhana lihat contoh saya berikut ini:
Cara bacanya
(berdasarkan contoh saya sebelumnya):
Berdasarkan
Tabel ”Model Summary” dapat disimpulkan bahwa Leverage, CR, ROA dan ROE
berpengaruh sebesar 35,4% terhadap Risiko Sistematis, sedangkan 64,6%
dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Karena nilai R Square dibawah 5%
atau cenderung mendekati nilai 0 maka dapat disimpulkan kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel amat
terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar